Wednesday, March 29, 2017

MENGELILINGI MERBABU


Liburan kali ini aku memutuskan untuk mengendarai motor dan mengelilingi sebuah gunung. wew memang terkesan edan...tapi begitulah dan sebetulnya biasa aja, dari pada suntuk dirumah mendingan memang melihat ciptaan-NYA yang terkadang susah untuk kita syukuri. Tanpa persiapan yang istimewa kami pergi berdua, ya sama siapa lagi  kalau bukan dengan istri tercinta...😁. Kami mulai dari Ungaran menuju ke arah Boyolali, penunjuk arah ke arah Cepogo nah... dari situlah petualangan kami mulai. Rute ini memang pernah kami lewati, saat kami berkunjung ke rumah sahabat kami di daerah cepogo, itung itung sambil mengingat memori yg pernah kita lewati dulu, walau saudaraku Google map pun menawarkan jasanya membantu, tapi kami usahakan mengingat sendiri saja biar otaknya juga bekerja. Rute ini jalannya sudah tak halus seperti dulu, jalan aspal penuh lubang membuat kami memaksa untuk berjalan pelan (sudah jadi pedoman kami: lambat asal selamat). Sampai di pertigaan pasar Cepogo ambil arah menuju selo. Rute yang kami lewati jalan berliku-liku seperti perjalanan hidup yang penuh liku-liku hahahah..... (hidup penuh liku-liku...ada suka ada duka...asolole jos) heheh....lirik lagu dangdut. Udara yang sejuk, dingin merupakan ciri khas daerah pegunungan. Lokasi yang pertama kami lewati dan menarik

wew merapi dengan kegarangannya....
detail puncak merapi tertutup awan...
Gunung berapi yang selama 5 tahun sekali unjuk gigi (mirip pajak kendaraan bermotor), tampak cantik dan baru kali ini aku melihat secara langsung ngematke...istilah jawanya, kami seakan merasa dekat dengan merapi, tak terbayangkan saat meletus apa yang di rasakan masyarakat sekitar gunung karena dekatnya. Kebetulan cuaca hari itu cerah, secerah hatiku padamu (cie..cie..kata istriku). perjalanan terus kami lalui Jalan rute arah selo sudah bagus walau ada bebera lokasi yang belum di beton, tapi sedikit kok... karena lokasi ini ternyata rute dimana truk para penambang pasir lewat. pantas saja kalau jalannya penuh lubang. Kami berhenti lagi di sebuah jembatan, jembatan tempat eksisnya para pemburu tempat hits. kebetulan kami datang lokasi masih sepi hanya 2 orang pemuda yang saling berfoto ria.

numpang eksis


PERHATIAN; yang dilanggar
 bahkan posisinya sudah tidak tegak lagi alias ambruk

Jembatan gantung yang dibangun oleh DPU dan BNPB ini dibangun sebagai jalur evakuasi bila terjadi bencana merapi. Jembatan ini sebenarnya dikususkan untuk motor roda 2-3 dan pejalan kaki, mungkin karena alasan lain sehingga mobil pun bisa masuk di jembatan ini walaupun sebenarnya dilarang. Jembatan berdiri kokoh di antara dua tebing curam, semua jembatan ini terbuat dari baja, besi bahkan dasarannya pun dari lempengan plat yang sering kita lihat sebagai dasaran di dalam bus. Kalau kalian hendak berfoto di tempat ini cukup bayar Rp.3000,- saja untuk biaya parkir, yang dikelola remaja kampung Sepi, Salaran. Jembatan ini mungkin sudah tidak seindah dulu sejak di resmikan tahun 2012, dalam pengerjaanya jembatan ini molor (bukan tidur lo..). Perjalanan berlanjut menuju Magelang, jalur ini membuat saya tercengang ternya kami sampai di pertigaan dimana kalau ke kanan objek wisata Ketep Pass (oww....ternyata rutenya nyambung disini). Karena kami sudah pernah ke Ketep Pass maka kami lanjutkan menuju Magelang. Karena sampai Magelang pukul 12.00 WIB waktu dimana kita harus makan siang dong... setelah melintasi rute yang melelahkan dan menyenangkan. Kami sempat mampir di mall terbesar di Magelang, yah maklumlah permintaan istri...kami makan disana. Kami berdiskusi mana lagi yang belum pernah kami kunjungi, kami memutuskan untuk kami pergi ke gunung Tidar. Kami tidak tahu apa yang ada disana, ternyata Gunung tidar Merupakan tempat Ziarah Umat Muslim.

gerbang masuk



Memasuki lokasi gunung Tidar ini tidak ada biaya yang pasti untuk kalian keluarkan, hanya saja biaya sukarela untuk perawatan, dan kebersihan yang di kelola oleh masyarakat sekitar dan kalian wajib absen biar terpantau yang datang ke tepat itu berapa banyak. ow iya ongkos parkir kendaraan anda juga bayar lo....banyak tempat parkir yang disediakan warga, karena lokasinya ini memang dekat dengan pemukiman warga.

Walaupun ini tempat Ziarah umat Muslim ada beberapa makam yang bukan muslim, ada sekitar 13an makam orang Tionghoa yang bukan golongan orang ternama, entah bagaimana makam makam ini bisa ada, tidak ada juru kunci yang bisa aku tanyai demi mengorek misteri tentang makam-makam ini. Kami tidak sampai ke puncak gunung karena stamina kami sudah menurun dan kaki kami sudah tidak kuat lagi (istri sih.. yang ngajak turun, katanya nafasnya pendek...😃) tapi emang sih mungkin kami terlalu gemuk jadi nafas kami pendek, yg jelas berat mengangkat beban tubuh kami sendiri 😁.

jalan menanjak dengan tatanan batu alam yang rapi
area makam Syech Maulana Subakir

 
Di area turun kami kami banyak jumpai nenek-nenek yang mencari sedekah para pengunjung. pertanyaan yang tiba tiba muncul dalam hati mengapa setiap tempat Ziarah selalu ada banyak orang yang maaf "berprofesi" mencari belas kasihan orang, terlepas dari  apakah benar kekurangan atau menjadi maaf "profesi" kalau kalian memang iklas ya beri saja lah gak perlu pikir panjang ko...Peace.

Penghuni gunung Tidar
Lokasi Gunung Tidar bagi saya memang harus ada di sela keruetan kota dan banyaknya polusi udara Hutan lindung Gunung Tidar berguna menjaga keseimbangan, semoga hutan ini selalu terjaga dari tangan-tangan jail. Perjalanan pulang kami lanjutkan melewati rute kopeng, dan genaplah perjalanan kami yg tanpa sadar kami sudah mengelingi gunung Merbabu.

Nikmati harimu, sebahagia apapun kalau bepergian tanpa orang yg dicinta tidak seru rasanya. Tetap bersyukur dengan menjaga keindahan alam, jangan rusak dengan keisenganmu, dan ingat buang sampah pada tempatnya ✌ PEACE

AYO BERGEMBIRA