Sunday, March 12, 2017

PESONA CANDI CETHO




Pagi hari kami menuju ke Lereng Barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Gumeng, Kecamatan Janawi, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. kami berangkat dari ungaran pukul 05.00 WIB dengan harapan sampai disana masih sepi. Kami mengendarai motor untuk menuju kesana, perjalanan di tempuh dengan kecepatan 60m/jam cukup pelan memang ya...maklum sudah lama kami tidak mengendarai motor untuk bepergian jauh. Lumayan melelahkan waw...pantat seperti terasa menempel di jog motor, kalau di contohkan seperti kalian punya selotip di tempel di kaki berbulu terus dicabut dengan cepat....emmm gimana rasanya. Pukul 8:30 kami sampai di lokasi, tapi perjuangan menuju candi cetho istimewa, ya jalannya, ya pemandangannya, yang istimewa lagi perjalanan ini merupakan napak tilas diamana kami melakukan sesi foto preweding 7 tahun yg lalu. Motor metik kami yg 125cc sempat tidak dapat berlari di tanjakan terakhir candi cetho, dan menuntut salah satu dari kami harus turun, hahahah... mungkin karna beban kami yg berlebihan 😂, tak apalah anggap saja sebagai pemanasan.

pemanasan jalan menanjak sebelum loket
Cukup kalian bayar Rp.7000,- dan biaya seiklasnya untuk mengenakan kain kampuh (kain ini wajib dikenakan karena ini sebagai tanda menghormati tempat wisata religi) kalau ke tempat religius seperti ini anda juga wajib jaga sopan santun ya gusy. Kalau hendak naik gunung Lawu kalian juga bisa gunakan rute ini.
tiket yang harus kalian bayar
beberapa event yang layak kalian saksikan (ramai pastinya)
Candi Cetho merupakan candi Hindu pola halamannya berteras dengan susun 13 teras meninggi ke arah puncak, mirip dengan punden berundak jaman pra sejarah....( mengenang pelajaran Sejarah Seni Rupa Indonesia dulu waktu kuliah ). Melihat dokumen candi cetho di jaman dulu sangat tidak beraturan susunannya, tapi kini sudah ditata rapi.
Candi Cetho di tahun 1928

Candi dikenal pertama kali dari laporan penenlitian Van der Vilis pada tahun 1942 dn kemudian didokumentasidilanjutkan oleh W.F. Stuterheim, K.C. Crueq dan A.J. Bernet Kempers. di tahun 1976 Riboet Darmosoetopo dkk melengkapi hasil penelitian sebelumnya. nah di tahun 1975/1976 dilakukan pemugaran Candi Cetho dilakukan oleh Sudjono Humardani berdasarkan " Pemikiran" bukan pada kondisi aslinya ( pemugara tidak mengikuti kketentuan pemugaran cagar budaya yang benar). di tahun 1982 Dinas Purbakala (sekarang Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala) mengadakan penelitian dalam rangka rekonstruksi. wah kok jadi serius ya...ya tak apa lah sebagai pengetahuan aja

 Tampilan Candi Cetho sekarang

Dua arca yang menyambut ( sepertinya laki dan perempuan)
jangan percaya ya ini cuman perkiraan dan pengamatanku
arca yang duduk bersimpuh (pria)
arca yang tampak patah bagian badan dan 
tampak rambut mengurai di sebelah kiri (wanita)
sekali lagi jangan percaya 100% lo 
hanya analisa saya ðŸ˜„
arca berdampingan

Maklum di lokasi ini tidak ada pemandu wisata jadi ya... keterangan foto berdasarkan pengamatan saja.

relif tulisan pada gapura ke tujuh (aksara jawa kuno)
arca mirip kura kura dan arca penunggang kuda dengan bentuk yg tidak utuh lagi
 
arca penunggang gajah yang tidak utuh lagi
semacam altar dengan bentuk ujung kepala kura kura atau katak ya...



beberapa relif tentang kisah Sudamala

 terdapat 2 pendapa besar



pembersihan/perawatan batu yang dilakukan setiap hari

berdoa didepan Arca Saraswati


Kebetulan saat kami berkunjung ada sekeluarga yang sedang melakukan ibadah di candi Cetho ini, pemandangan yang jarang kami lihat langsung


ternyata ada beberapa candi yg ada di lingkungan ini, sebelum menuju ke candi kethek dan sendang (airnya bikin awet muda) dll untuk menuju kesana kita perlu mengeluarkan dana lagi sebesar Rp.3000,- saja per orang. kami melewati tempat menjajakan makanan dan souvenir.
souvenir yang berbau mistis 😃

Kepulangan kami disambut dengan kabut yang semakin lama semakin pekat, nuansa Mistis makin tampak di area lokasi candi Cetho ini, dan semakin banyak pengunjung berdatangan baik wisatawan lokal maupun domestik.


Lestarikan budaya Indonesia (Budaya, peninggalan sejarah, karya seni, dll) jangan sampai hilang dan terkikis dengan modernitas, apa lagi budaya saling menghargai antar umat beragama, bila kita saling rukun bersama alangkah indahnya.

AYO BERGEMBIRA

No comments: